I know it’s already to late to talk about this movie. But
since I just finished it several days ago, I really want to talk about this
movie. Film yang meraih Best Foreign
Language Film di ajang Oscar beberapa tahun lalu ini rasanya tepat untuk
mengawali kembali aktifnya blog ini.
Menyaksikan A
Separation rasanya seperti mengintip kehidupan dua keluarga yang berbeda,
dari kelas sosial yang berbeda, dan permasalahan masing-masing, yang saling
berbenturan di tengah membentuk jalin konflik yang terhubung dengan kondisi
sosial dan aspek religi di Iran.
Tirai pertunjukan dibuka Asghar Farhadi dengan adegan yang
kuat. Sepasang suami istri, Nader (Peyman Moadi) dan Simin (Leila Hatami)
dengan menggebu-gebu mengajukan tuntutan perceraian mereka. Simin mengatakan
ketidakmauan Nader untuk meninggalkan Iran adalah alasannya menceraikan sang
suami, bukan karena keburukan tingkah laku. Awalnya Nader dan Simin sepakat
untuk pergi ke luar negeri demi mencari kehidupan yang lebih baik, terutama
untuk anak perempuan mereka yang tengah beranjak remaja, Termeh (Sarina
Farhadi). Namun Nader mundur dari rencana tersebut, dengan alasan tidak bisa
meninggalkan ayahnya yang menderita Alzheimer.
Adegan pembuka antara Simin dan Nader.
Lewat sepenggal adegan pertama, kita belajar begitu buruknya
kondisi di Negara asal sang sutradara. Hingga bisa mengguncang mahligai rumah
tangga yang telah terjalin belasan tahun. Adegan demi adegan berlanjut, makin
memperjelas gambaran mengenai Iran dengan konteks sosial, ekonomi, budaya, dan
juga agama. Tuntutan perceraian yang ditolak membuat Simin memilih meninggalkan Nader
dan Termeh. Nader kemudian mempekerjakan Razieh, seorang
wanita muslim yang taat, untuk mengurus rumah dan ayahnya. Razieh (Sareh Bayat) sendiri hadir dengan konflik pribadinya. Ia berkutat antara jarak
rumahnya yang jauh, kondisinya yang tengah hamil, kerepotan mengurus rumah
Nader dan ayahnya yang tua, serta aturan agama yang membatasi ruang gerak
perempuan. Namun semua kondisi tersebut terpaksa ditanggung demi uang untuk membantu suaminya.
Hodjat dan Razieh yang membawa konflik baru dalam kehidupan Simin dan Nader.
Membicarakan A
Separation tanpa membocorkan plot adalah hal yang cukup sulit. Farhadi membangun plot begitu padat, tanpa
adegan percuma yang sekedar pengisi. Semuanya saling melengkapi sebagai
kesatuan yang utuh. Adegan demi adegan, konflik demi konflik saling membangun
menghasilkan ekskalasi situasi yang luar biasa cepat. Seminggu setelah
perpisahannya dengan Simin, Nader telah berstatus tersangka pembunuhan atas
janin di perut Razieh. Kehidupan Razieh sendiri makin kompleks dengan histeria
suaminya, Hodjat yang mudah naik darah dan berperilaku senang menyakiti diri
sendiri. Empat karakter utama, serta karakter-karakter yang muncul di pinggiran
juga tidak dibangun secara instan, dalam durasi yang tidak terlalu panjang,
kompleksitas karakter tetap terbangun. Kita mengenal Simin, Nader, Razieh,
Hodjat, Termeh, dan sosok lainnya dengan cepat dan baik.
Sulit untuk memahami A Separation dalam sekali pemikiran. Dilihat secara besar, film ini menangkap ketegangan antar kelas di Iran. Bagaimana Simin-Nader dan
Razieh-Hodjat mewakili dua kelas berbeda, yang memiliki konflik. Secara individu, kita juga melihat bagaimana keempat persona ini adalah manusia dengan
segala kekurangan mereka, karakter yang tidak mungkin kita hujat karena kita
dapat merasakan korelasi dengan kehidupan mereka. Tiap karakter membawa
keributan dalam kehidupan karakter lainnya. Kekeraskepalaan, harga diri,
ketakutan, dan kecemasan, membuat kita tak bisa memojokkan seseorang saja sebagai antagonis yang patut dibenci. Setiap karakter bahkan melakukan kebohongan atau mementingkan diri sendiri. Namun siapa bisa menghujat mereka? Karena di satu sisi kita bisa memahami tiap keputusan yang diambil keempat tokoh utama ini.
Sosok observan dengan sisi intelegensia yang kentara muncul
dari sosok Termeh. Gadis berusia 11 tahun ini menjadi pengamat dalam pertunjukan
sirkus orang dewasa. Sesekali ia melontarkan pertanyaan menohok hasil
pengamatannya. Membuatnya menjadi sosok terpintar dalam film ini. Lewat matanya
yang awas ia mencoba mencari rasionalitas dari tiap hal yang dilihat dan didengarnya.
ni film layak deh disebut instan klasik.
ReplyDeleteTiap karakter memorable, dan cukup dilema moral kalo nonton.
Eniwe, lam kenal, boleh tuker link?
Hai thank you for comment.
DeleteMaksudnya tukar link bagaimana ya? :)
tema gini tuh gak terlalu wow tapi bisa diramu sedemikian rupa sehingga mencuri perhtian dunia di ajang sekelas Oscar.. ayo dong insan film indo kurang kompleks apa coba hidup di indonesia kan bisa jadi bahan film bermutu seharusnya...
ReplyDelete-----------------------------------------------------------------------------------------------
BANDARDARAT.COM menyediakan pasaran :
-SINGAPORE
-NAGOYA
-WINA
-HONGKONG
-SYDNEY
-TORONTO
Minimal Depo WD Rp. 50.000,-
Hubungi Kami di :
Website : BandarDarat.com
Call Centre : +855-17-459008
YM : Cs_bandardarat
BBM : 59152AF5
Livechat : BandarDarat.com
Link Daftar : http://goo.gl/qhHE5V
Like Facebook : https://www.facebook.com/BandarDaratcom-484914535016763/
Join Grup : https://www.facebook.com/groups/557708171044424/