I know, a lot of recent movies in theaters and I could make reviews
about them. But, I still have no time to visit theater yet, so I have to
satisfy myself with my cable tv. Thanks God, it airing Salmon Fishing In The Yemen.
(taken from Google)
First time I know about this movie was when I watched Golden Globes in
2012. And this movie was in nomination for Best Movie in Comedy or Musical. But, I have no idea, what this movie
about. Personally, the title was ridiculous for me. But, after I watched the
movie, well, I think it was a good one.
Salmon Fishing In The Yemen adalah judul dari epistolary novel karya Paul Torday, and it’s all about political satire. Kemudian dengan
kepiawaian Simon Beaufoy (Slumdog Millionaire)
buku kemudian menjadi skrip film yang mendapat tiga nominasi dalam Golden
Globes 2012 lalu.
Kegiatan memancing ikan salmon di
Inggris sebenarnya merupakan sebuah olahraga yang biasa dilakukan oleh para
penggila mancing di Negeri Ratu Elizabeth tersebut. Populasi ikan salmon yang terkenal bisa
berenang melawan arus ini pun banyak ditemukan di Laut Atlantik Utara yang
dekat dengan wilayah Skotlandia. Lantas kegiatan memancing ini kemudian menjadi
isu penting ketika Sheikh Mohammed seorang raja minyak (Amr Waked) menginginkan
agar bisa memancing salmon di tanah asalnya, Yaman. Namun ide gila yang
mengharuskan 10.000 ikan salmon dipindahkan hidup-hidup dari Inggris ke Yaman
ini didukung oleh pemerintah, terutama karena bisa menjadi publikasi yang baik
bagi hubungan UK dan timur tengah. Look,
for political reason even the silliest idea could be a good and only opt that’s
existed. Ide yang konyol untuk memindahkan
puluhan ribu ikan salmon hidup semakin kocak dengan tampilnya Kristin
Scott-Thomas as Patricia Maxwell, juru bicara Perdana Menteri yang mendukung
benar ide ini karena bisa berdampak bagus bagi atasannya. Dengan gayanya yang comical, Maxwell menambah unsur how-ridiculous-this-idea-and-also-the-government.
Hanya saja, political satire justru menjadi subplot sampingan dalam film yang diarahkan oleh sutradara
Swedia, Lasse HallstrÓ§m. Salmon Fishing In
The Yemen malah lebih banyak memperlihatkan sisi humanis yang ditemukan
dalam sosok protagonist Dr Alfred Jones (Ewan McGregor), pegawai negeri dari
Departemen Perikanan dan Perburuan yang bertugas bertanggung jawab akan proyek Salmon Fishing ini. Dr. Jones adalah
pria yang hampir mencapai usia paruh baya dengan pernikahan yang ‘dingin’ dan
istri yang telah dikenalnya sejak remaja. Kehidupan Dr Jones hanya berkutat
dalam pekerjaan dan keluarga yang sama-sama menjemukan.
Rupanya HallstrÓ§m
menginginkan film ini bukan melulu political
satire tapi lebih menggambarkan ide penyatuan antara western dan eastern (atau
middle-eastern tepatnya). Tampilnya Sheikh
Mohhamed yang charming, wise and very open
minded seakan berusaha menunjukan keterbukaan dan pesona timur tengah.
Bahkan ada beberapa dialog preachy about
faith and religion dari sheikh, tapi sangat soft, sehingga penonton tak perlu takut merasa digurui. Pesona dari
sheikh ini juga didukung dengan didapuknya Amr Waked, aktor asal Mesir yang
tampan and charismatic, mengingatkan
kita pada sosok Ben Kingsley.
Belumlah cukup sebuah film tanpa
romantisme. Sembari mempersiapkan proyeknya Dr. Jones pun menemukan romantisme
dari sosok Harriet Chetwode-Talbot (Emily Blunt), personal assistant yang
didaulat untuk mengurus proyek ini. Bersama dengan Harriet, Dr. Jones melewati setiap
permasalahan dalam proyek ini, sekaligus dalam hubungan mereka. Ketika pada
akhirnya, Harriet jatuh pada pesona Dr Jones, usai kekasihnya dinyatakan hilang
dalam perang di Afganistan.
Dr Jones and Harriet during a dinner scene (also taken from Google)
Chemistry antara Harriet dan Dr. Jones dimainkan dengan sangat
baik. McGregor berhasil bertransformasi dari sosok Scottish-Hottie that played as Obi-Wan Kenobi in Star-Wars jadi
pria paruh baya membosankan dan tidak punya sense of humor sama sekali. Yang tentunya
berkebalikan dengan sosok Harriet yang cantik dan mempesona. Dalam film ini perubahan
hubungan keduanya terlihat kentara tapi tidak terburu-buru. Perubahan hubungan
keduanya yang semula professional menjadi kedekatan emosional harus saya acungi
jempol. Both of them radiate passions for each other but also the awkwardness when
they together, makes them such a darling couple.
But still happiness is a long journey for Dr. Jones, ketika muncul
ancaman dari pihak extremist Yaman
yang mengancam kelangsungan proyek, karena tidak menyukai kehadiran ikan-ikan western tersebut ke tanah Yaman. Bahkan
ada rencana pembunuhan terhadap Sheikh Mohammed yang berhasil digagalkan Dr.
Jones dengan alat pancingnya! Bisa dibilang ide terorisme ini adalah subplot lain yang tampak setengah-setengah dan tidak membawa tension apapun pada film.
Film ini jelas bukanlah film yang
sempurna membawa misi political satire
seperti bukunya, tapi Salmon Fishing In
The Yemen dengan baiknya memberikan romantisme komedi melalui cara yang
unik dan tidak biasa. Memasukan sedikit petuah tanpa harus jadi berat dan menggurui.
Semuanya tampak tidak masuk diakal, hingga kita menyaksikan film ini sampai habis dan menemukan sendiri apa yang mau kita ambil. Salah satunya mungkin telah diucapkan oleh Sheikh Mohammed bahwa faith punya nilai yang sama seperti memancing, yakni all about tolerance, patience and humility.
No comments:
Post a Comment