Thursday, July 11, 2013

Salmon Fishing In The Yemen (2011) : Fishing, Faith and Salmon

I know, a lot of recent movies in theaters and I could make reviews about them. But, I still have no time to visit theater yet, so I have to satisfy myself with my cable tv. Thanks God, it airing Salmon Fishing In The Yemen.


(taken from Google)


First time I know about this movie was when I watched Golden Globes in 2012. And this movie was in nomination for Best Movie in Comedy or Musical. But, I have no idea, what this movie about. Personally, the title was ridiculous for me. But, after I watched the movie, well, I think it was a good one.

Salmon Fishing In The Yemen adalah judul dari epistolary novel karya Paul Torday, and it’s all about political satire. Kemudian dengan kepiawaian Simon Beaufoy (Slumdog Millionaire) buku kemudian menjadi skrip film yang mendapat tiga nominasi dalam Golden Globes 2012 lalu.

Kegiatan memancing ikan salmon di Inggris sebenarnya merupakan sebuah olahraga yang biasa dilakukan oleh para penggila mancing di Negeri Ratu Elizabeth tersebut.  Populasi ikan salmon yang terkenal bisa berenang melawan arus ini pun banyak ditemukan di Laut Atlantik Utara yang dekat dengan wilayah Skotlandia. Lantas kegiatan memancing ini kemudian menjadi isu penting ketika Sheikh Mohammed seorang raja minyak (Amr Waked) menginginkan agar bisa memancing salmon di tanah asalnya, Yaman. Namun ide gila yang mengharuskan 10.000 ikan salmon dipindahkan hidup-hidup dari Inggris ke Yaman ini didukung oleh pemerintah, terutama karena bisa menjadi publikasi yang baik bagi hubungan UK dan timur tengah. Look, for political reason even the silliest idea could be a good and only opt that’s existed. Ide yang konyol untuk memindahkan puluhan ribu ikan salmon hidup semakin kocak dengan tampilnya Kristin Scott-Thomas as Patricia Maxwell, juru bicara Perdana Menteri yang mendukung benar ide ini karena bisa berdampak bagus bagi atasannya. Dengan gayanya yang comical, Maxwell menambah unsur how-ridiculous-this-idea-and-also-the-government.

Hanya saja, political satire justru menjadi subplot sampingan dalam film yang diarahkan oleh sutradara Swedia, Lasse HallstrÓ§m. Salmon Fishing In The Yemen malah lebih banyak memperlihatkan sisi humanis yang ditemukan dalam sosok protagonist Dr Alfred Jones (Ewan McGregor), pegawai negeri dari Departemen Perikanan dan Perburuan yang bertugas bertanggung jawab akan proyek Salmon Fishing ini. Dr. Jones adalah pria yang hampir mencapai usia paruh baya dengan pernikahan yang ‘dingin’ dan istri yang telah dikenalnya sejak remaja. Kehidupan Dr Jones hanya berkutat dalam pekerjaan dan keluarga yang sama-sama menjemukan.

Rupanya HallstrÓ§m menginginkan film ini bukan melulu political satire tapi lebih menggambarkan ide penyatuan antara western dan eastern (atau middle-eastern tepatnya). Tampilnya Sheikh Mohhamed yang charming, wise and very open minded seakan berusaha menunjukan keterbukaan dan pesona timur tengah. Bahkan ada beberapa dialog preachy about faith and religion dari sheikh, tapi sangat soft, sehingga penonton tak perlu takut merasa digurui. Pesona dari sheikh ini juga didukung dengan didapuknya Amr Waked, aktor asal Mesir yang tampan and charismatic, mengingatkan kita pada sosok Ben Kingsley.

Belumlah cukup sebuah film tanpa romantisme. Sembari mempersiapkan proyeknya Dr. Jones pun menemukan romantisme dari sosok Harriet Chetwode-Talbot (Emily Blunt), personal assistant yang didaulat untuk mengurus proyek ini. Bersama dengan Harriet, Dr. Jones melewati setiap permasalahan dalam proyek ini, sekaligus dalam hubungan mereka. Ketika pada akhirnya, Harriet jatuh pada pesona Dr Jones, usai kekasihnya dinyatakan hilang dalam perang di Afganistan.


Dr Jones and Harriet during a dinner scene (also taken from Google)


Chemistry antara Harriet dan Dr. Jones dimainkan dengan sangat baik. McGregor berhasil bertransformasi dari sosok Scottish-Hottie that played as Obi-Wan Kenobi in Star-Wars jadi pria paruh baya membosankan dan tidak punya sense of humor sama sekali. Yang tentunya berkebalikan dengan sosok Harriet yang cantik dan mempesona. Dalam film ini perubahan hubungan keduanya terlihat kentara tapi tidak terburu-buru. Perubahan hubungan keduanya yang semula professional menjadi kedekatan emosional harus saya acungi jempol. Both of them radiate passions for each other but also the awkwardness when they together, makes them such a darling couple.

But still happiness is a long journey for Dr. Jones, ketika muncul ancaman dari pihak extremist Yaman yang mengancam kelangsungan proyek, karena tidak menyukai kehadiran ikan-ikan western tersebut ke tanah Yaman. Bahkan ada rencana pembunuhan terhadap Sheikh Mohammed yang berhasil digagalkan Dr. Jones dengan alat pancingnya! Bisa dibilang ide terorisme ini adalah subplot lain yang tampak setengah-setengah dan tidak membawa tension apapun pada film. 


Film ini jelas bukanlah film yang sempurna membawa misi political satire seperti bukunya, tapi Salmon Fishing In The Yemen dengan baiknya memberikan romantisme komedi melalui cara yang unik dan tidak biasa. Memasukan sedikit petuah tanpa harus jadi berat dan menggurui. Semuanya tampak tidak masuk diakal, hingga kita menyaksikan film ini sampai habis dan menemukan sendiri apa yang mau kita ambil. Salah satunya mungkin telah diucapkan oleh Sheikh Mohammed bahwa faith punya nilai yang sama seperti memancing, yakni all about tolerance, patience and humility. 

No comments:

Post a Comment