I was never a fan of Marvel’s X-Men
superhero. But when I watch their movie, I kinda like Wolverine or Logan’s
character. He is the badass, rough, strong, independent, one-liner and
handsomely heroic. But after I watch the fifth installments of Wolverine, there
is one question that popped-up in my mind. “What the hell happen on Wolverine so
he does some baby-sitting in Japan?”
(taken from this site)
Film dimulai
dengan pelajaran sejarah peristiwa jatuhnya bom atom di Nagasaki,
Jepang. Ternyata Logan adalah salah satu saksi hidup kejadian mengerikan
tersebut. Bersama seorang tentara Jepang, Yashida, Logan berhasil selamat. Kemudian
adegan kembali ke masa sekarang dimana Logan, pasca perang antar mutan (X-Men: The Last Stand), menjadi sosok
pria gunung yang dihantui bayangan kekasihnya Jean Grey dan berteman dengan
seekor beruang.
Hingga suatu
ketika, Logan bertemu dengan Yukio (Rila Fukushima) mutan eksentrik asal
Jepang yang memiliki misi untuk menemukan Logan dan membawanya pada tuannya.
Logan yang awalnya menolak kemudian ikut datang ke Jepang dengan niat hanya
menghabiskan waktu satu hari di sana.
Rupanya majikan
Yukio adalah Yashida yang kini menjadi konglomerat di Jepang. Yashida yang
tengah sekarat ingin bertemu Logan untuk menawarkan pertolongan untuk
mengakhiri keabadian Logan sehingga ia bisa hidup seperti manusia biasa. Tawaran
tersebut kemudian ditolak oleh Logan, dan tak lama Yashida pun meninggal. Sepeninggalnya
Yashida, Logan malah tersangkut konflik keluarga Yashida dan Yakuza (Japan’s version of mafia) yang
membuatnya harus mengasuh dan melindungi cucu perempuan Yashida, Mariko (Tao
Okamoto). Mariko menjadi incaran Yakuza karena akan mewarisi semua kekayaan
kakeknya. The plot are getting messier
when there is another mutant, Viper, which is the reason why Logan physical
condition are getting weaker, and the black-ninja clan as the guardian of
Yashida.
Semenjak
kemunculannya dalam film X-Men hampir 13 tahun lalu, Logan atau Wolverine selalu
digambarkan sebagai sosok yang complicated.
Ia memiliki masa lalu yang kelam dan hal tersebut membuatnya menjadi sosok
penyendiri yang eksentrik dan misterius. Gelapnya karakter Logan justru menjadi
ciri khas dan kelebihan yang membuatnya menarik. Kelebihan tersebut malah gagal
diperlihatkan oleh sutradara James Mangold dalam The Wolverine. Kenangan buruk tentang Jane yang terus menghantui
harusnya menjadi asset yang mampu
membuat film menjadi lebih menarik dengan sosok Logan yang more complicated. Misi Logan untuk melindungi Mariko tidak tampak
dilandasi emosi yang memadai. Bahkan ketika bunga-bunga romantisme bermekaran,
tidak ada greget sama
sekali, as if Okamoto couldn’t catch up
with Jackman’s feeling. (She just
didn't understand how lucky she was because she could kiss one of the sexiest men alive).
Dangkalnya kolam
emosi Logan bukanlah kesalahan Hugh Jackman. Tentunya Jackman paham betul Logan
karena ini adalah penampilan keenamnya sebagai Wolverine (penampilan ketujuh
ada dalam film X-Men First Class: Days of
Future Past). Jackman tetap menjadi sosok Logan yang memukau secara fisik
dan mampu membuat penonton terhibur dengan humor sarkasmenya. Hanya saja plot
yang ada tidak begitu mengeksplorasi kelebihan Wolverine as an eccentric mutant-slash-superhero. Plotnya yang membosankan membuat
saya benar-benar ingin menyandingkan sosok Logan dengan karakter Vin Diesel di
film The Pacifier (2005). Well, both of them have ripped body, love to
wear a white top and do some baby-sitting.
Mr. Vin Diesel do baby-sitting with white top (taken from this site)
Logan in white top with the claws (taken from here)
Meskipun keseluruhan
film tak begitu memuaskan, tapi tetap ada adegan memukau dalam The Wolverine. Adegan perkelahian Logan versus Yakuza diatas
kereta Shinkansen dengan kecepatan lebih dari 400 km/jam adalah salah satu
adegan yang menonjol. As they try to
knocking each other out of the train, they have to maintain their position as
the train move. Meskipun adegan tersebut dibuat menggunakan komputer, tapi
tetap menarik dan membuat saya cukup terkagum-kagum. Selain itu kehadiran Yukio sebagai sidekick/bodyguard dari Logan juga
membuat adegan pertarungan lebih berwarna dengan teknik putaran yang membuat
lawan terpuntir atau tergantung. Adegan Logan membelah dadanya sendiri juga
menarik, meskipun tampaknya adegan tersebut disensor di bioskop di Indonesia (I want to see more blood!).
When I watch The Wolverine I don’t have any expectations for the movie.
I even didn’t read any review before I went to the theater. I just hope I could
find some entertaining time with Wolverine, but as the fifteen minutes after beginning
of the movie, I really hope I could refund the ticket or go to another theater
and watch the old people in RED 2. Sigh.
* oh but, the extended scene was good. It was more interesting than the entire movie...
No comments:
Post a Comment