Despite a lot of reviews saying
that the first G.I Joe movie (G.I Joe: Rise of the Cobra. 2009) was stupid, I
love the movie. It’s goofy, fun, showed me a lot of good stuffs and a shallow
entertainment. And I guess a lot of people liked the first one too, because it
made huge amount of money and now they make a sequel (I hear they alreadyplanning to make the third).
G.I Joe: Retaliation itu menipu. Oke, sulit untuk membahas ini
tanpa memberikan spoiler pada para pembaca. Tapi jujur setelah menonton film
itu saya merasa ditipu dalam berbagai hal.
Kisah film ini masih berputar pada
aksi pasukan G.I Joe yang melakukan berbagai misi rahasia, namun akhirnya harus
dijebak by their commander-in chief. Akhirnya G.I Joe yang tersisa (the casualties are one of my reasons, why I
feel cheated) harus bertahan hidup dan mencari si biang kerok,
menghabisinya demi balas dendam para Joe
yang terbunuh dan mengembalikan nama baik pasukan. Classic.
If I have to compare between the
first and the second one, I’ll choose the first one. Memang film yang pertama
hanya penuh dengan ‘mainan bagus’, aksi konyol yang unrealis dan
celetukan-celetukan humoris dari Ripcord (Marlon Wayans). Film yang kedua
memiliki sisi realis yang jauh lebih banyak, less nice toys, and more twist
that could makes the audience ‘hoo-ah’ during watching this movie. Tapi toh tak
membuat film ini jadi lebih exciting untuk ditonton.
Saya memang bukan penggemar
action figures atau animated series-nya, tapi saya rasa film ini seharusnya bisa
menggunakan less character. Banyak karakter muncul yang menurut saya tidak
perlu, datang dengan tiba-tiba dan hanya tempelan di layar bioskop. Jinx
(Elodie Yung) misalnya, saya rasa kalaupun dia tidak ada, film ini tidak akan
ada bedanya. Dan yang paling disayangkan adalah kehadiran sosok Bruce Willis, yang
menjadi sang legenda Joe Colton, jendral yang (mungkin) mendirikan pasukan G.I
Joe, sudah pensiun tapi masih bisa ‘berulah’ (RED: Retired, Extremely Dangerous?).
Salah satu daya tarik G.I Joe: Retaliation
adalah kemungkinan bisa melihat Willis beraksi, namun lagi-lagi saya
dikecewakan. Which means he should stop did another dumb bit part, like in Expendables.
Nilai plus dari film yang jarang
ada dalam film semacam G.I Joe,
ialah sentuhan realis dan humanis yang terselip. Misalnya lewat adegan yang
memperlihatkan Duke (Channing Tatum) dan Roadblock (Dwayne Johnson) bermain
game dan bercanda dengan anak-anak Roadblock. Lalu celetukan mengenai acara televisi
‘Top Chef’, karaoke night with Roadblock’s kids, and seeing the suburb for
General Joe’s home menambah unsur humanis, yang mungkin tidak terlalu disadari
penonton, but caught my attention. Selain sisi realism itu, momen terbaik saya
adalah menyaksikan pertarungan antar ninja. Well, kind of stupid, but yes, it
made me hold my breath little bit.
Even with change the director (from
Stephen Sommers to Jon M. Chu) it wasn't a distinctive or compelling. And why
the movie still reign at the top box office and made gazillions dollars? I
guess the receipt for G.I Joe: Retaliation’s
success are the ninja zip-lining fighting, a chance to see shirtless Channing
Tatum (you watch the wrong movie, dude), Bruce Willis and see, if I could see a
lot of nice toys (sadly, it wasn't). So, if many people thing that the first
one is stupid, I think the second one is G.I Joke.
No comments:
Post a Comment