Hello, hello! Hi fellow moviegoers, it has been a long time since my
last post (last year, huh?). I’m sorry about the hiatus, but lot of stuff
happen in my life and I need some time to make things in order again.
And now back to business. The last movie I’ve watch is The Amazing
Spiderman: Rise of Electro or better
known as The Amazing Spider-Man 2.
Kesuksesan film pertamanya, The Amazing Spider-Man (2012) membuat
sekuel yang kembali dikomando Marc Webb ini begitu di nanti. Belum lagi spoiler
akan kemunculan karakter antagonis Green Goblin, Electro dan Rhino membuat para
penggemar komik Marvel begitu antusias dan membuat sekuel ini sebagai salah
satu film paling ditunggu di 2014.
And the result was? An
overplotting and messy superhero movie. Alex Kutrzman dan Roberto Orci sebagai
penulis gagal meramu scenario yang tersusun rapi. Subplot-subplot saling
tumpang tindih dan terlalu memaksa sehingga karakter terasa tidak matang. Sepertinya
Marc Webb terlalu tergesa-gesa memperkenalkan semua musuh legendaris Spiderman demi
menyiapkan kemunculan Sinister Six di film ketiga nanti. Karakter musuh dalam
film kali ini sama konyolnya dengan The Lizard (he wants to turned everyone in NYC into lizard? Like seriously?!) Dan
love-turn-to-hate yang dialami oleh
Electro kepada Spiderman (James Foxx) terasa palsu. He mad at Spiderman because he found him as selfish bastard, duh.
Sementara itu Dane DeHaan sebagai
Harry Osborn aka Green Goblin muncul mencuri perhatian dengan penampilan flamboyan
nan sophisticated, like he was born to play as villain.
Namun obsesinya akan darah Spiderman as
weird as The Lizard stuff. It was boring. It’s felt like Webb just thrown every villain in Spiderman’s comic book.
Subplot lain yang terbuang sia-sia
adalah rahasia ayah Peter kenapa ia meninggalkan anak tunggalnya. Peter figured out about the secret subway
station, and then so what? Nothing happens. Except may be Webb try to save it
for the last movie.
So sweeeeeeeet.
Kehancuran film ini terselamatkan oleh kekuatan cinta (yes,
it’s true) antara Andrew Garfield dan Emma Stone. Berperan sebagai sepasang
kekasih di depan layar, Peter Parker dan Gwen Stacy, chemistry antara off-screen
lover ini begitu kuat. Disini Webb menunjukan kualitas penyutradaraan
seperti dalam (500) Days of Summer
yang membuat namanya melejit. Akting Stone membuktikan dirinya sebagai salah
satu Hollywood it-girl. She was stunning
and brilliantly beautiful. Seeing Gwen and Peter makes you blushing,
heartbroken and cheers when they back together. Then I wish they were in rom-com movie without web-slinging superhero.
Yeah, make it happen, Hollywood, they deserve The Notebook-kind movie!!
ahhh film spiderman terburuk sepanjang masa... gagal banget menurut gue... Spiderman lost its charm as a superhero movie and what?? This is Spiderman not Twilight... kalo gue mau nonton romance gue gak bakalan nonton spiderman kali...
ReplyDelete=====================================================
POKERDARAT.COM - Agen Poker Terbaik dengan Pelayanan Prima dan Keamanan Terjamin
Merasa jago main poker???
Ayo bermain bersama ribuan pemain aktif lainnya dan raih peluang anda memenangkan hadiah hingga ratusan juta rupiah...
Segera DAFTARKAN diri anda dan Coba keberuntungan anda bersama kami.
Hubungi Kami di :
Website : http://pokerdarat.com/
YM : cs_pokerdarat
BBM : 2BC439C0
DAFTAR : http://pokerdarat.com/Register.aspx?ref=888999
Like Facebook : https://www.facebook.com/PokerDaratCom-1127046880680882/
Join Grup : https://www.facebook.com/groups/947257861976494/