Thursday, October 10, 2013

Gravity (2013) : Simplicity and Masterpiece



It’s like ballet performance in space. 13 menit adegan pembuka dalam uninterrupted shot yang langsung membawa kita ke angkasa luar, dengan penampilan bumi di bawah kita, langit gelap yang bertabur bintang, dan suasana hening. Lantas perlahan terdengar suara percakapan para astronot dengan Houston (pusat kendali NASA). Dr Ryan Stone (Sandra Bullock), Matt Kowalski (George Clooney) dan Shariff (Paul Sharma), ketiganya melayang dan berputar-putar di angkasa luas.

There is some kind motion sickness feeling while I watching the opening scene. I see the shuttle space moving, the earth rotate and also the astronauts do spinning around. I feel little bit upside down sensation, just like when you are in some kind of rides at amusement park. I feel like floating in the space, like the astronauts.

Gravity merupakan film dengan setting antariksa, tanpa monster, tanpa aksi pistol laser atau teknologi masa depan. Film ini memiliki plot yang sederhana (and predictable). Tapi dengan tangan dingin Alfonso Cuarón, cerita sederhana itu mampu menjadikan dirinya sebagai salah satu kandidat kuat untuk masuk ke nominasi Best Director Academy Awards tahun depan.

Absennya teknologi futuristik dan aksi bombastis tak membuat film ini kekurangan gereget. Dengan persiapan dan pengerjaan yang begitu tekun (empat tahun pengembangan dan lebih dari satu tahun di post-production), film ini justru begitu kuat, intense dan thrilling. Perpaduan skrip yang matang, sinematografi yang cantik dan sound yang tepat membuat Gravity menjadi tontonan yang lebih dari memuaskan.

Sedikit cerita tentang pembuatan film ini. Sejak awal, Alfonso Cuarón memang menginginkan film ini bercerita tentang hal yang sederhana, dimana penonton bisa merasakan sebagai sebuah kenyataan. Bersama dengan sinematografer, Emmanuel Lubezki (The Tree of Life), Cuarón membangun film ini perlahan-lahan selama empat tahun. Gravity nyaris tidak bisa dibuat, karena teknologi yang ada tidak mampu mewujudkan visi Cuarón dan Lubezki, sementara budget yang diberikan pun tak terlalu besar. Ditengah ketidakpastian, Cuaron, Lubezki dan tim tetap bekerja menyusun film ini dengan sangat detail. Every shot, every angle, every lighting scenario, even every second had to be preordained. They even tested all technologies that existed, to look if there is something which could use in this movie. But in the end, they invented the technology.

I watched Gravity on IMAX 3D. It was amazing experience. I ducked when I saw some debris moving fast toward me. But the sound and silences are something! Hanya dengan menggunakan kombinasi suara dan keheningan mendadak, Cuarón mampu menciptakan ketegangan. Salah satu adegan favorit saya adalah ketika kapsul penyelamat yang dinaiki Stone terbuka tiba-tiba di angkasa, lalu mendadak hening, seakan semua ikut menanti apa yang terjadi dengan Stone. I even hold my breath while watching it.

Sandra Bullock as dr Ryan Stone


Selain memang unsur teknis yang luar biasa, peran Bullock dan Clooney juga menyempurnakan film ini. Sebagai veteran astronaut, Clooney mebawakan karakter Kowalski penuh pesona. He is charming, comfortable and very experienced in life and space. Tapi, spotlight dalam Gravity adalah Sandra Bullock. Meskipun ia adalah aktris cadangan (pilihan ketiga setelah Angelina Jolie dan Natalie Portman), justru Bullock  yang paling tepat untuk peran ini. Bullock menampilkan performa terbaiknya dalam Gravity, yang menurut saya pantas diganjar minimal nominasi Academy Awards mendatang. She has the charm and intelligence to bring the character. As if everything that she said or do in the movie are perfectly fit and giving the touch of midas. Dalam film ini Bullock banyak melakukan monolog, yang justru berperan besar dalam memberikan unsur dramatis dalam film.


Ada sedikit sensasi after-Life of Pi dalam Gravity. Ada selipan pesan moral mengenai life and nothingness. Tapi pesan moral ini hanya jadi pelengkap paket yang disajikan film ini. Gravity adalah sebuah masterpiece, memadukan unsur teknis yang canggih dengan skrip yang begitu well-written. Hasil ketekunan dan kengototan Alfonso Cuarón ini menjadi film yang sederhana sekaligus luar biasa megah. 

No comments:

Post a Comment