Empat
tahun absen di layar lebar tentunya publik menanti-nanti kehadiran salah satu Hollywood Royalty, Angelina Jolie. Sejujurnya,
saya termasuk penggemar tunangan Brad Pitt ini, maka wajar kalau perannya dalam
film Disney yang sangat un-Jolie-like,
begitu saya tunggu. Beberapa trailers
yang telah di buzz berbulan-bulan
menunjukan ‘how wicked and badass she is’.
Keren. Selain itu, tone film jauh
lebih ‘gelap’ dibandingkan tipe film Disney lain yang bubbly dan happy.
Poster Maleficent yang membuat saya 'jatuh cinta'
Adegan
dibuka dengan kisah masa kecil Maleficent. Sisi yang selama ini tidak tertulis
dalam tiap dongeng. Maleficent adalah peri terkuat pelindung Moors, kawasan
yang dihuni makhluk-makhluk fantasi. Maleficent kecil memiliki seorang sahabat
manusia bernama Stefan. Di usia mereka yang ke-16, mereka berikrar dengan
sebuah ciuman cinta sejati. Namun lambat laun, Stefan mulai berubah. Keserakahannya
menjadikan Stefan tega memotong sayap Maleficent demi mengambil hati raja yang
sudah sepuh dan menikahi puteri mahkota. Merasa dikhianati, Maleficent berubah
menjadi sosok penuh angkara murka yang siap membalas dendam pada Raja Stefan.
Maleficent merupakan debut penyutradaraan
Robert Stormberg yang sebelumnya sukses membawa pula 2 piala Oscar atas
kiprahnya sebagai production designer
dalam film Alice in Wonderland dan Avatar. Sayangnya Stormberg tak begitu
piawai menerjemahkan skrip. Adegan yang muncul terasa berantakan dan tidak
terarah. Narasi lambat, membuat adegan pembukaan terasa begitu panjang dan
membosankan. Penyelamat dari kejenuhan ini adalah angkara murka Angelina Jolie.
Delishly evil!
Sebagai
peri yang dikhianati, Jolie bisa mengeluarkan kepedihan itu dengan begitu baik.
Namun tidak ada yang dapat mengalahkan ekspresi penuh dendam diwajahnya. Justru
saya menatap layar penuh kekaguman saat Jolie hadir dengan bibir merah darah,
tanduk yang mencuat, mata berkilat-kilat dan dendam kesumat. Aura jahatnya
justru membuat film terasa lebih hidup dan menarik. Sebagai pembalasan
dendamnya, ‘The Evil Maleficent’
hadir dalam pesta pembaptisan Aurora, putri Stefan. Kehadirannya di layar
menutupi pesona pemeran lainnya. Jolie menguasai betul film ini.
Adegan-adegan
minus Jolie, lewat begitu saja. Kehadiran tiga aktris papan atas Inggris,
Imelda Staunton (Prof. Umbridge dalam Harry
Potter), Juno Temple (Atonement, The Dark Knight Rises) dan Lesley
Manville (Romeo & Juliet) sebagai
trio peri pelindung Aurora, hanya jadi pengundang tawa yang tak di eskplorasi
lebih jauh. Dijadikannya Sharlto Copley sebagai King Stefan rasanya adalah
sebuah kesalahan. Ia bukan tandingan Jolie. Saat adegan berpasangan dengan
Jolie, ia tampak menghilang dari layar. Untungnya, Elle Fanning bisa dengan
mudah mencuri perhatian dalam film. Sebagai Aurora ia bisa menyeimbangkan
kuatnya intensitas Jolie.
Sebagai
penulis naskah Linda Woolverton memilih menunjukan sisi lain Maleficent ketika
berhadapan dengan Aurora. Kebencian Maleficent menuntunnya pada perasaan sayang
kepada Aurora. Meskipun ia menjuluki Aurora sebagai ‘Beasty’ alias Monster
Kecil, rasa simpati tumbuh membuatnya menyesal telah mengutuk Aurora. Menggunakan
ending a la Frozen, Maleficent dijadikan sebagai pemilik cinta sejati
untuk Aurora.
Ketika
promo film ini, Jolie pernah berkata bahwa sejak kecil ia menyukai sosok
Maleficent karena daya tarik keangkuhan dan sisi jahat yang begitu menggoda.
Pesona ini justru berkurang dalam Maleficent.
Membiarkan penonton bersimpati dan melihatnya sebagai korban bukan pelaku. Padahal
misteri kekejaman dan arogansi Maleficent membuatnya menjadi simbol antagonis Disney
yang ikonik, dan tak terlupakan. Secara pribadi saya memilih untuk tetap
melihat Maleficent sebagai The Evil,
ketimbang menyaksikannya meneteskan air mata duka menangisi Aurora yang jatuh
dalam tidur 1 menit panjangnya.
Mengharapkan
Jolie membawakan aksi kejam dan licik yang sanggup membuat bulu roma berdiri,
saya justru mendapatkan penjahat yang bertobat. Kerinduan menyaksikan aksi
memukau Jolie di layar rasanya tak terpuaskan. Ledakan amarah dan kejahatan
yang saya tunggu muncul hanya sekejap. I
wish they showed me more deliciously evil Maleficent…