Marvel
have a receipt of ‘How
to make box office superhero movies’, and
it is a mix between spectacular actions, impressive visual effect, grande
adventure and some of good humors, and those elements include in the newest
Marvel superhero franchise, Thor: The
Dark World. Directed by Alan Taylor (directing several episodes of Mad Men, Game
of Thrones, and The Sopranos), this sequel is bigger, funnier and more sci-fi
than the first one. But is it really better than the first one? Hmm, let me do
some descriptions here.
Sequel Thor ini jelas jauh lebih besar
dibanding film pendahulunya. Marvel punya ambisi untuk menjadikan film ini sebanding
dengan The Avengers dan Iron Man 3. Ini terlihat jelas dari
masalah yang harus diselesaikan Thor (Chris Hemsworth), bukan hanya bumi, kini
Thor harus menyelamatkan tidak hanya satu, melainkan sembilan galaksi! Death Elves
(sound like Tolkien goes galactic) yang
dipimpin oleh Malekith (Christopher Eccelston) mengancam hendak menghancurkan Nine
Realms (sembilan galaksi) dengan Aether, a
source of destructive and dark power. Sayangnya ambisi Marvel tidak
sebanding dengan plot yang kemudian dikembangkan.
Jika mengikuti apa yang terjadi pasca
The Avengers, dimana seorang Tony Stark saja kemudian mengalami perubahan besar
baik mental dan fisik (Iron Man 3), wajar rasanya jika Thor mengalami hal yang
sama. Sementara itu untuk sebuah film dengan musuh super kuat yang mengancam
kehidupan di SEMBILAN GALAKSI dan berhasil menginvasi Asgard, rumah para dewa, Thor: The Dark World tidak menunjukan
teror dan kengerian yang seharusnya dibawa oleh musuh sekuat Malekith. Plot
yang tidak cukup kuat mendukung ambisi besar Marvel, membuat film ini tidak
jauh berbeda dari film pendahulunya.
Visual
effect yang dihadirkan
memang jauh lebih baik dibandingkan film pertama. Asgard dihadirkan dengan
begitu indah dan megah, sebagaimana tempat tinggal para dewa. Tempat tinggal
Odin tersebut bernuansa middle earth,
seperti legenda Nordic, tapi tetap high-tech,
dengan dungeon glass-like-material and
some kind laboratory. Detail favorit saya dalam film ini adalah perisai
yang digunakan oleh tentara Asgard, yang bercahaya setiap kali ditempa senjata.
Detail kecil sebagai sentuhan magis, untuk menunjukan bahwa level mereka jauh
diatas manusia.
Dan bukan hanya efek visual yang jauh
berkembang. Karakter-karakter yang ada pun diberikan (sedikit) keleluasaan
untuk berkembang. Odin (Anthony Hopkins) seorang raja agung yang mengalami
guncangan hebat, sehingga kemampuannya memimpin agak terganggu. Sif (Jaime
Alexander) walaupun hanya diawal tapi cukup memberikan kesan, sebagai seorang
ksatria wanita. Bahkan Frigga (Rene Russo), queen
of Asgard punya kesempatan untuk unjuk gigi. Justru karakter Jane Foster
(Natalie Portman) yang tidak berkembang meskipun diberikan posisi vital dalam
kisah kali ini, ia tetap damsel in
distress and she just has fainted repeatedly.
Thor:
The Dark World ingin
menampilkan perubahan pada diri Thor pasca tragedy
The Avengers di New York. Hanya saja
hal tersebut seperti tidak diangkat dengan benar-benar matang. We know that he changed, and also he missed
his lover, Jane. But it because the movie told us, not showed to us. It might
be little bit lack of emotions, even when finally he back to earth to meet
Jane, it little bit dull for me. On the other hand it was good, because it make
the movie less cheesy than the first one.
Mungkin yang paling mencuri perhatian adalah
Tom Hiddleston. Loki’s bitterness and
tongue-in-cheek humors really stealing the show. One of my favorite scenes is when Loki and Thor walk together, after
the former was released from the dungeon.
Loki showed his ‘little brother’
character which is always annoyed the older one (watch out for cameo
performance from…). His humors were written so well, and Hiddleston bring it in
remarkable way. As a villain he is not really frightening, but he is
unpredictable and that’s scary. He is God of Mischief with his illusion tricks,
and only God knows what exactly he is planning to do. Sedangkan musuh
sebenarnya, Malekith was a so-so
performance by Eccleston. He is evil and the arch-enemy of Asgard but not so
terrifying.
Superhero
movie is incomplete without a fantastic final battle, and
Taylor try to delivered it with Marvels’ way, destructive, great visual effect,
physical and humors. Sebagian besar adegan pertarungan ber-setting di luar bumi, maka visual effect benar-benar diandalkan,
belum lagi dengan pesawat-pesawat luar angkasa yang membuat film ini menjadi
kental nuansa sci-fi dibandingkan
film superhero. Like The Avengers and Iron Man 3, Thor: The Dark World get its own
remarkable final battle. When Thor and Malekith fight each other and jumping
between earth and other realms, it is very funny and unusual fighting scene.
Usai menyaksikan film ini saya berpikir
bahwa plot dan musuh seperti Dark Elves sebenarnya bisa dikembangkan bahkan
untuk sekuel The Avengers. It has bigger
villain and more ambitious plans, it’s really a big potential. In the end this
movie still not better than the first one, instead of darker and deeper it
becomes funnier and lighter. Thanks for the good humors!
PS: Watch until the very end of the movie. It has TWO extended scenes!
No comments:
Post a Comment